Sebuah teknologi pendeteksi mata terbaru menggunakan video musik membawa ke satu arah baru yang cepat dan mutakhir untuk mengetahui kerusakan pada otak. Penemuan ini telah dipublikasikan di the Journal of Neurosurgery yang dipublikasikan secara online pada hari Selasa.
Hasilnya dapat menjadi sangat berguna untuk digunakan pada calon pasien seperti misalnya pada orang yang baru saja pulang dari perang sebagai tentara.Penelitian ini menyebutkan bahwa teknologi tersebut secara spesifik dapat sangat tepat untuk digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi adanya gegar otak maupun cedera pada otak.
Satu alasan mengapa percobaan klinis untuk mengobati cedera otak menjadi gagal di masa lalu adalah karena cedera otak sangat sulit untuk diketahui dan dapat dideteksi dengan teknologi di zaman dahulu. Penemuan di teknologi ini memberikan satu potensi metode terbaru untuk mengklasifikasikan dan mengkuantitasikan perkembangan dari cedera. Sekali dapat divalidasi, hasil dari teknologi ini akan dapat meningkatkan percepatan diagnosa dan pertolongan dalam mengembangkan cara pengobatan yang lebih baik. Walaupun orang orang yang berpartisipasi dalam penelitian percobaan klinis ini semuanya telah mendapatkan perlakuan scan otak abnormal, penelitian ini menyebutkan bahwa tes tracking mata dapat digunakan secara tepat untuk mendiagnosa cedera seperti misalnya gegar otak, yang sering tidak terlihat dengan pencitraan otak yang tradisional.
Cedera otak merupakan kasus utama dari kematian dan cacat para orang-orang Amerika di bawah umur 35 tahun, menurut organisasi Centers for Disease Control and Prevention. Cara sederhana yang disediakan oleh alat traking mata ini dapat berarti bahwa tes ini dapat menjadi pertolongan yang kritis bagi orang-orang yang menderita cedera otak traumatis setiap tahunnya. Seperti misalnya orang yang jatuh dan mengenai kepala mereka, akan sangat sulit untuk mengetahui apakah cedera tersebut dapat membahayakan nyawa mereka.
Teknologi traking mata ini sangat sederhana, tidak berbahaya dan sangat murah untuk mengetahui secara cepat, pasien mana yang membutuhkan perhatian yang utama dan cepat. Dibandingkan teknologi scan otak yang ada sekarang ini dan telah digunakan oleh banyak rumah sakit untuk mendeteksi adanya cedera otak, cara ini dapat menjadi cara terbaru yang mutakhir namun tidak membebankan biaya yang lebih tinggi bagi pasien maupun ke rumah sakit.
Hasilnya dapat menjadi sangat berguna untuk digunakan pada calon pasien seperti misalnya pada orang yang baru saja pulang dari perang sebagai tentara.Penelitian ini menyebutkan bahwa teknologi tersebut secara spesifik dapat sangat tepat untuk digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi adanya gegar otak maupun cedera pada otak.
Didukung Teknologi Yang Mutakhir
Alat ini menggunakan perangkat yang didesain oleh New York University Langone Medical Center. Para peneliti di sana meneliti 169 orang dari veteran perang dengan 157 di antaranya adalah orang orang yang sehat. 12 sisa orang dari kumpulan tersebut telah diketahui bahwa mereka memiliki kelemahan pada syaraf untuk menggerakkan mata ke atas, ke bawah dan ke kanan atau ke kiri, atau juga terdapat pembengkakan otak di bagian yang dekat dengan syaraf syaraf tersebut.Cara Melakukan Penelitian
Semua orang yang menjadi partisipan dari penelitian ini diminta untuk menonton salah satu dari acara di antara sebuah musik video atau acara TV selama tiga setengah jam. Untuk orang yang sehat, perbandingan antara pergerakan mata horizontal dan vertical adalah mendekati satu ke satu. Dalam ke dua belas orang yang telah diketahui terdapat kelemahan maupun bengkak pada syaraf yang mengatur pergerakan mata, perbandingannya secara signifikan bervariasi bergantung pada syaraf yang terkena. Di setiap kasusnya, peneliti tersebut mampu menggunakan pengukuran kuantitatif untuk mengetahui lokasi dari cedera maupun kelemahan syaraf.Satu alasan mengapa percobaan klinis untuk mengobati cedera otak menjadi gagal di masa lalu adalah karena cedera otak sangat sulit untuk diketahui dan dapat dideteksi dengan teknologi di zaman dahulu. Penemuan di teknologi ini memberikan satu potensi metode terbaru untuk mengklasifikasikan dan mengkuantitasikan perkembangan dari cedera. Sekali dapat divalidasi, hasil dari teknologi ini akan dapat meningkatkan percepatan diagnosa dan pertolongan dalam mengembangkan cara pengobatan yang lebih baik. Walaupun orang orang yang berpartisipasi dalam penelitian percobaan klinis ini semuanya telah mendapatkan perlakuan scan otak abnormal, penelitian ini menyebutkan bahwa tes tracking mata dapat digunakan secara tepat untuk mendiagnosa cedera seperti misalnya gegar otak, yang sering tidak terlihat dengan pencitraan otak yang tradisional.
Cedera otak merupakan kasus utama dari kematian dan cacat para orang-orang Amerika di bawah umur 35 tahun, menurut organisasi Centers for Disease Control and Prevention. Cara sederhana yang disediakan oleh alat traking mata ini dapat berarti bahwa tes ini dapat menjadi pertolongan yang kritis bagi orang-orang yang menderita cedera otak traumatis setiap tahunnya. Seperti misalnya orang yang jatuh dan mengenai kepala mereka, akan sangat sulit untuk mengetahui apakah cedera tersebut dapat membahayakan nyawa mereka.
Teknologi traking mata ini sangat sederhana, tidak berbahaya dan sangat murah untuk mengetahui secara cepat, pasien mana yang membutuhkan perhatian yang utama dan cepat. Dibandingkan teknologi scan otak yang ada sekarang ini dan telah digunakan oleh banyak rumah sakit untuk mendeteksi adanya cedera otak, cara ini dapat menjadi cara terbaru yang mutakhir namun tidak membebankan biaya yang lebih tinggi bagi pasien maupun ke rumah sakit.