Memahami Dan Mengatasi Cedera Kepala

SHARE:



Karena otak berada di kepala, hampir semua orang takut kepalanya cedera lalu otaknya terganggu. Itu wajar. Akan tetapi, jika kecemasan muncul berlebihan, justru akan sangat mengganggu secara psikis. Jenis Cedera pada kepala memang perlu dipahami dan tidak perlu ditakutkan, untuk itu simak ulasan berikut.

Lina (samaran), ibu tiga anak, gelisah memikirkan Rudi anak bungsunya. Pasalnya, seminggu yang lalu Rudi terjatuh saat bermain bola dengan teman-temannya di lapangan depan rumah. “ Ketika jatuh kepalanya terbentur tanah. Saya takut anak saya kenapa-napa. Otak kan adanya di kepala. Jangan-jangan nanti Rudi jadi bodoh,” keluhnya.

Menurut Lina, sewaktu terjadi Rudi memang langsung bangun dan main bola kembali. Sampai sekarangg pun dia tidak mengeluh apa-apa. Tapi kejadian itu membuat Lina selalu cemas sehingga tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan sebagai sekretaris di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Mirip Lina, Damayanti (nama samaran) baru melangsungkan perkawinan bulan lalu, sering was-was saat memikirkan iman (nama samaran) suaminya. “ Sejak pacaran saya memang sudah mengenalnya sebagai atlet tinju. Tapi sejak mendengar Mohammad Ali kena Parkinson akibat kepalanya sering terpukul saat bertinju.

Lain lagi kisah Richard (sebutlah begitu), eksekutif muda yang sudah seminggu ini gundah gulana. Menurut istrinya, kegundahan itu disebabkan perasaan takutnya mengalami cedera otak. Suatu malam saat menonton TV ia ketiduran di kursi panjang dan terjatuh ke lantai hingga kepalanya terbentur ke lantai. Ketika sadar, ia merasa pusing. Esoknya dia ke dokter, dan menurut dokter tidak apa-apa. Tapi ia selalu cemas kalau otaknya mengalami cedera. “Katanya ia selalu membuat keputusan yang salah di kantor. Dan menurutnya, itu ada hubungannya dengan benturan di kepalanya. Dia memang pernah mengikuti seminar tentang peran otak dalam mengambil keputusan. Saya jadi ikut bingung,” tutur istrinya.

Keadaan Psikosomatik
Kegelisahan seperti di atas menurut pakar neurologi Prof. Dr. Rizal T. Rumawas, DSS, sering terjadi pada banyak orang. Dan itu merupakan keadaan psikosomatik (kejiawaan) yang menyertai cedera kepala.

Wujud psikosomatik ini bisa muncul dalam dua segi. Pertama, jika cedera kepala langsung mencederai otak. Seperti diketahui, pada otak ada pusat-pusat yang berhubungan dengan kejiwaan atau mental. Ini langsung berkaitan dengan fungsi psikis atau mental yang disebut dengan sistem limbik. “Jadi, bila ada cedera langsung pada sistem ini, gangguan kejiwaan dapat terjadi,” paparnya.

Dari segi lain, tanpa adanya cedera pada sistem itu, seseorang dapat pula merasa cemas, seperti yang dialami oleh Lina. Mereka mengalami trauma psikis dengan kejadian tersebut. “Karena kejadian itu mengagetkan, mereka membayangkan nanti akan jadi begini atau begitu,” ungkap Rizal.

Menurutnya, trauma psikis ini tergantung pada kepribadian setiap orang. Kadang cedera kepala ringan saja sudah dapat menimbulkan masalah psikosomatik, karena berpikir otak adalah organ tubuh yang sangat penting.

Kemudian orang yang bersangkutan akan berpikir terus menerus, jangan-jangan ada yang rusak di bagian otak. Padahal cederanya hanya ringan dan tidak berdampak pada otak. “namun karena pikirannya selalu tertuju ke sana, ia malah jadi psikosomatik. Walau dokter megnatakan tidak apa-apa, dia akan curiga terus,” jelas Rizal.

Cedera Kepala Absolut dan Relatif
Dalam ilmu neurologi, lanjut Rizal, cedera kepela ada yang dinamakan faktor resiko absolut dan relatif. Faktor resiko ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam benak. Umpamanya faktor resiko absolut positif dalam penyakit hipertensi, akan memunculkan dugaan bahwa penyakit itu dapat menyebabkan stroke.

Tapi faktor resiko tak berarti mutlak. Bahwa bila begini pasti akan begitu. Rizal menegaskan, dalam ilmu neurologi tidak ada yang mutlak, seperti ilmu matematika. " Jadi, sebenarnya faktor resiko ini hanya kemungkinan-kemungkinan.

Contoh kemungkinan itu seperti berikut. Pukulan di kepala secara terus-menerus (trauma kepala) yang dialami seorang petinju, misalnya, akan membuat dia menderita parkinson. "Trauma kepala, apalagi yang berulang-ulang bisa menyebabkan parkinson. Tapi saya tidak yakin Ali menderita karena bertinju. Ada hal tertentu disamping itu, antara lain faktor genetis," urainya lagi.

Rizal berasalan, Ali selalu lari ketika bertinju sehingga kepalanya jarang terkena pukulan. Sedangkan Joe Frazier, yang malah menyodorkan kepalanya ketika bertinju, justru tak terkena parkinson. "Nah, jelas, ada faktor lain dalam hal itu di situ," tambah Rizal pula.

Rizal berkesimpulan, benturan-benturan di kepala memang menjadi faktor resiko, tapi itu tidak absolut, ada orang yang tensinya tinggi terus, tapi dia tidak pernah stroke. Sebaliknya tensinya tidak begitu tinggi tapi malah terkena stroke.

Namun, trauma di kepala sebisa mungkin dihindarkan agar kemungkinan itu diperkecil. Yang jelas, bukan berarti setiap petinju akan menderita parkinson, ibu atau istri seorang petinju atau petinju sendiri perlu tahu ini, ungkapnya.

Cedera Kepala Perlu Observasi
Begitu pula pada anak yang jatuh dan kepalanya terbentur sesuatu. Menurut Rizal, bukan berarti pasti mengalami cedera otak. Bisa saja jatuhnya ringan, sehingga tidak perlu dibawa ke dokter. Tapi kalau jatuhnya berat itu perlu diperiksakan.

Jadi harus dilihat dengan teliti dulu, apakah setelah jatuh anak tersebut mengalami keluhan-keluhan seperti pusing, sakit kepala atau pingsan. Bila ya, sebaiknya langsung ke dokter. Tapi bila hanya kejutan ringan, tidak perlu," nasihatnya.

Pada balita, katanya lagi, karena mereka belum bisa mengungkapkan sakitnya, orang tua harus terus mengobservasinya. Menurutnya, dampaknya mudah terlihat. Bila si bayi mengalami gegar otak, biasanya ia akan muntah setelah jatuh atau keadaannya berubah semakin lesu. Nah, yang begini, cepatlah bawa ke dokter, pesannya.

Jika anak jatuh dan menangis sebentar tetapi tidak pingsan, tidak muntah dan bisa main lagi, itu tidak apa-apa. Meski demikian, orang tua tetap harus mengikuti perkembangannya. Itu perlu, karena ada yang dikenal dengan cedera kepala interval bebas. Misalnya pembuluh darah pecah atau retak tulang tengkoraknya, kemudian terjadi pendarahan yang berlangsung beberapa hari.

Kesimpulannnya, masalah cedera kepala perlu dipahami tetapi bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Cedera kepala harus pula dimengerti karena tidak semua cedera kepala akan mencederakan otak sehingga harus dibawa kerumah sakit.

Rizal juga berpesan, dokter perlu menjelaskan, apa yang sebenarnya terjadi pada seseorang yang mengalami cedera kepala. Begitu pula pihak keluarga, sehingga mereka tidak gelisah dan mencemaskan hal yang bukan-bukan. Dalam hal ini, sang dokter mesti bersedia mengobati secara keseluruhan. Si pasien itu sendiri dan kecemasan orang tua dan keluarga, tuturnya.

Penulis: Heru Bisma

COMMENTS

Nama

A Great Big World Adele Advan Alergi Anak Android Anti Karat Aplikasi Android Ardiles Ardiles Metro Artis Asuransi Avenged Sevenfold Avril Lavigne Bali Band Terbaik Batu Berita Berita Tekno Bisnis BlackBerry Booking Hotel Bruno Mars Budidaya Calum Scott Careless Whisper Carly Rae Jepsen Cencer Charlie Puth Christina Perri Coldplay Daftar Harga Demi Lovato Desain Desain Interior Diabetes Diet Dream Theater Ed Sheeran Emily Browning Entertaiment Fashion Film Film Sniper Film Terbaik Film Terbaik 2017 Finansial Fun. Game Game Android Game Berhadiah Game Interaktif Gaya Hidup Gigi Green Day Guitar Akustik Guns N' Roses Hamil Hardwell Harga Healthy Hoobastank Hosting Hotel Bali Hubungan Ibu Hamil Imagine Dragons Inspirasi Isyana Sarasvati James Bay Jantung Jasa Pembuatan Website Jason Mraz Jazz Jerawat Jessie J John Legend Jual Rumah Juice Newton Justin Bieber Kanker Kansas Karir Kecantikan Keluarga Kesehatan Kesehatan Anak Keuangan Kunir Lady Gaga Lagu Lagu Romantis Lagu Terbaik Lagu Terbaru Lagu Terbaru 2017 Lagu Terpopuler Lana Del Rey Lirik Louncher Magelang Magic! Makanan Makanan Sehat Malang Manfaat Buah Maroon 5 Meghan Trainor Mesin Antrian Metallica Michael Bublé Michael Heart Minuman Mito Mitos Mobil Motivasi Mr Big Music Musik Nate Ruess Nike Obesitas Oh Honey Olahraga One Directione Paramore Passenger Pendidikan Pengembangan Diri Penginapan Penginapan 100rb-an Penginapan Murah Penuaan Perjalanan Pernikahan Pesan Hotel Pink Protein Queen Review Rexco Rod Stewart Rudimental Rumah Sam Smith Samsung Scorpions Selena Gomez Sepatu Sepatu Ardiles Sepatu Basket Smartphone Sony Suicide Squad OST Susu Kambing Tanaman Hias Taylor Swift TBC Teknologi Terjemahan The Overtunes Tips Tips Hubungan Tips Kesehatan Tips Teknologi Tips Wisata Toko Online Troubleshoting Tutorial Blog TV LED TV LED Murah Wanita WD-40 vs Rexco 50 Website Website Murah Wisata Wiz Khalifa Xiaomi Yoav
false
ltr
item
Heqris Workspace: Memahami Dan Mengatasi Cedera Kepala
Memahami Dan Mengatasi Cedera Kepala
Karena otak berada di kepala, hampir semua orang takut kepalanya cedera lalu otaknya terganggu. Itu wajar. Akan tetapi, jika kecemasan muncul berlebihan, justru akan sangat mengganggu secara psikis. Jenis Cedera pada kepala memang perlu dipahami dan tidak perlu ditakutkan, untuk itu simak ulasan berikut.
Heqris Workspace
https://www.heqris.com/2012/09/memahami-dan-mengatasi-cedera-kepala.html
https://www.heqris.com/
https://www.heqris.com/
https://www.heqris.com/2012/09/memahami-dan-mengatasi-cedera-kepala.html
true
8507191404690170390
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy