Menurut para ahli, asam lemak omega 3 bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan pada anak. Zat ini banyak terdapat pada ikan tuna. Rasanya tak adil bagi kita orangtua tidak menyiapkan bekal itu untuk diserap oleh anak, walaupun gizi mereka sudah memadai. Menurut pakar gizi intelegensia, seorang anak selain dipengaruhi oleh faktor utama yang dominan yaitu: faktor genetik 50%, faktor gizi 40% dan faktor lingkungan 10%. Adanya faktor gizi, dengan demikian sangatlah beralasan bagi kita untuk tetap memperhatikan nutrisi pada setiap tahan kehidupan mulai dari rahim sampai masa balita.
Beberapa zat gizi terutama yang berperan terhadap intelegensia, adalah protein, lemak dan iodium. Namun perhatian para ahli sekarang ini tertuju pada asam lemak omega-3 yang secara alami terbukti memiliki korelasi yang erat terhadap kecerdasan anak.
Lamptey & Walker pada tahun 1976 mengadakan penelitian dengan menggunakan tikus percobaan yang diberi diet tanpa asam lemak omega-3. Hasil rekomendasi menyimpulkan terjadi gangguan koordinasi neuromotor dan aktivitas spontan. Konsekuensi lanjutan menyebabkan turunnya belajar pada tikus percobaan. Hasil temuan ini nampaknya cukup beralasan karena asam lemak omega-3 dan omega-6 merupakan komponen penyusun lipida pada sel otak.
Sel-sel syaraf memerlukan asam lemak rantai panjang dalam perkembangannya. Dalam hal ini asam lemak omega-3 dan omega-6 sangat esensial terutama pada masa 25 minggu umur kehamilan dan bulan pertama kelahiran, karena pada masa ini sel-sel otak mulai berkembang dengan pesat.
Pada fase ini, sel-sel saraf memerlukan deposit lemak atau lipida, terutama dari jenis lemak tak jenuh dalam membran. Agar proses tumbuh kembangnya sel otak dapat optimal maka ketersediaan asam lemak omega-3 dan omega-6 sangat esensial dalam tiga fase kehidupan yaitu: masa kehamilan, masa menyusui dan masa bayi.
Sebagai patokan jumlah lemak omega-3, jumlah kebutuhan asam lemak omega-3 pada masa kehamilan 4,5%, dari total energi. Sementara ahli lain menganjurkan agar satuan yang digunakan bukan persen terhadap total energi, seperti yang diajukan oleh Breve (1987) yang menegaskan kebutuhan asam lemak omega-3 sebesar 350 - 400 mg/ hari dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang.
Selanjutnya pada masa laktasi atau masa menyusui penggunaan ASI sangat dianjurkan, karena ASI memberikan kontribusi terbesar terhadap inteke asam lemak omega-3 dan omega-6. Hal ini semakin membuka nuansa pemikiran kita bahwa bagaimanapun canggihnya interfensi teknologi untuk merekayasa formula susu buatan tak akan mampu menyamai ASI sebagai makanan alami (food natural) bagi bayi.
Suatu hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada ibu dari golongan kurang mampu, kandungan ASI-nya memiliki asam lemak omega-3 yang lebih tinggi, dibandingkan golongan yang mampu.
Kenyataan lain, bahwa golongan ibu-ibu vegetarian, kurang mengkonsumsi ikan dan hasil laut, padahal secara teoritis, hasil laut memiliki kandungan omega-3 yang tinggi.
Korelasi antara konsumsi ikan laut dengan kadar asam lemak omega-3 pada ASI memang secara empiris belum banyak dilaporkan dari hasil penelitian. Namun hipotesa pada arah itu sangat beralasan mengingat kualitas dan kuantitas asi ditentukan oleh intake zat gisi ibu menyusui.
Hal pokok yang perlu, adanya upaya agar konsumsi asam lemak omega-3 pada ibu hamil dan ibu menyusui tetap teratur dari bahan makanan yang potensial mengandung asam lemak omega-3. Di satu pihak kita harus menangbahkan asam lemak omega-3 ke dalam susu formula, mengingat produk ini sekmentasi pasar yang cukup luas dan merupakan alternatif untuk mengelakkan ASI bagi wanita karir.
Sampai pada suhu 80°C, asam lemak omega-3 masih kurang mengalami perubahan, sedangkan pada pengolahan suhu tersebut, jarang dicapai bahkan melebihi 100°C. Sebagai contoh suhu pada penggorengan ikan sekitar 180°C. Hal ini tentunya kurang menguntungkan kita bila ditinjau dari kualitas asam lemak omega-3 pada pangan tersebut.
Penulis : Sirajuddin
Beberapa zat gizi terutama yang berperan terhadap intelegensia, adalah protein, lemak dan iodium. Namun perhatian para ahli sekarang ini tertuju pada asam lemak omega-3 yang secara alami terbukti memiliki korelasi yang erat terhadap kecerdasan anak.
Lamptey & Walker pada tahun 1976 mengadakan penelitian dengan menggunakan tikus percobaan yang diberi diet tanpa asam lemak omega-3. Hasil rekomendasi menyimpulkan terjadi gangguan koordinasi neuromotor dan aktivitas spontan. Konsekuensi lanjutan menyebabkan turunnya belajar pada tikus percobaan. Hasil temuan ini nampaknya cukup beralasan karena asam lemak omega-3 dan omega-6 merupakan komponen penyusun lipida pada sel otak.
Sel-sel syaraf memerlukan asam lemak rantai panjang dalam perkembangannya. Dalam hal ini asam lemak omega-3 dan omega-6 sangat esensial terutama pada masa 25 minggu umur kehamilan dan bulan pertama kelahiran, karena pada masa ini sel-sel otak mulai berkembang dengan pesat.
Pada fase ini, sel-sel saraf memerlukan deposit lemak atau lipida, terutama dari jenis lemak tak jenuh dalam membran. Agar proses tumbuh kembangnya sel otak dapat optimal maka ketersediaan asam lemak omega-3 dan omega-6 sangat esensial dalam tiga fase kehidupan yaitu: masa kehamilan, masa menyusui dan masa bayi.
Ibu Hamil dan Bayi Cerdas
Sangat penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan konsumsi asam lemak esensial. Karena telah terbukti dari hasil penelitian bahwa ibu menderita gangguan pencernaan lemak, akan melahirkan bayi dengan IQ poin lebih rendah daripada ibu yang tidak mengalami gangguan percernaan lemak.Sebagai patokan jumlah lemak omega-3, jumlah kebutuhan asam lemak omega-3 pada masa kehamilan 4,5%, dari total energi. Sementara ahli lain menganjurkan agar satuan yang digunakan bukan persen terhadap total energi, seperti yang diajukan oleh Breve (1987) yang menegaskan kebutuhan asam lemak omega-3 sebesar 350 - 400 mg/ hari dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang.
Selanjutnya pada masa laktasi atau masa menyusui penggunaan ASI sangat dianjurkan, karena ASI memberikan kontribusi terbesar terhadap inteke asam lemak omega-3 dan omega-6. Hal ini semakin membuka nuansa pemikiran kita bahwa bagaimanapun canggihnya interfensi teknologi untuk merekayasa formula susu buatan tak akan mampu menyamai ASI sebagai makanan alami (food natural) bagi bayi.
Suatu hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada ibu dari golongan kurang mampu, kandungan ASI-nya memiliki asam lemak omega-3 yang lebih tinggi, dibandingkan golongan yang mampu.
Kenyataan lain, bahwa golongan ibu-ibu vegetarian, kurang mengkonsumsi ikan dan hasil laut, padahal secara teoritis, hasil laut memiliki kandungan omega-3 yang tinggi.
Korelasi antara konsumsi ikan laut dengan kadar asam lemak omega-3 pada ASI memang secara empiris belum banyak dilaporkan dari hasil penelitian. Namun hipotesa pada arah itu sangat beralasan mengingat kualitas dan kuantitas asi ditentukan oleh intake zat gisi ibu menyusui.
Hal pokok yang perlu, adanya upaya agar konsumsi asam lemak omega-3 pada ibu hamil dan ibu menyusui tetap teratur dari bahan makanan yang potensial mengandung asam lemak omega-3. Di satu pihak kita harus menangbahkan asam lemak omega-3 ke dalam susu formula, mengingat produk ini sekmentasi pasar yang cukup luas dan merupakan alternatif untuk mengelakkan ASI bagi wanita karir.
Kandungan Asam Lemak Omega-3
Bahan makanan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 terutama dari jenis hasil laut dan ikan tuna. Manfaat asam lemak omega-3 ini tak hanya sebatas pada tumbuh kembang, tapi juga pada pencegahan beberapa penyakit degeneratif. Oleh karena sifatnya sebagai asam lemak yang memiliki ikatan rangkap, maka asam lemak omega-3 ini mudah rusak pada pemanasan, terutama pada suhu tinggi. Konsumsi ikan laut secara mentah jelas lebih baik dari pada yang telah melalui proses pemanasan dengan suhu tinggi. Akan tetapi cara-cara ini tentunya tidak memiliki nilai akseptebel bagi konsumen, kecuali pada masyarakat nelayan di daerah pantai.Sampai pada suhu 80°C, asam lemak omega-3 masih kurang mengalami perubahan, sedangkan pada pengolahan suhu tersebut, jarang dicapai bahkan melebihi 100°C. Sebagai contoh suhu pada penggorengan ikan sekitar 180°C. Hal ini tentunya kurang menguntungkan kita bila ditinjau dari kualitas asam lemak omega-3 pada pangan tersebut.
Penulis : Sirajuddin