Tahukah Anda, anak yang mempunyai bakat dan mengembangkannya dengan beraktivitas pada usia muda lebih dapat mengantisipasi persoalan pada usianya. Lalu, bagaimana dengan anak Anda?
Edward (40), nama samaran, yang senang dan aktif bermain piano, kecewa dengan putranya Donny (17). Hampir setahun sudah, sang putra mengikuti kursus piano, namun tidak tampak kemajuan berarti, seperti yang diinginkannya.
Dengan pertimbangan waktu dan biaya yang telah banyak dikeluarkan, sering terlihat Edward marah-marah membandingkan kemampuannya dengan si anak. Ia yang memegang teguh bahwa dengan beraktivitas akan lebih mudah mengatasi suatu persoalan, mengharapkan anaknya mengalami hal yang sama.
Sebab, bila Anda menghendaki kemampuan anak disejajarkan dengan diri Anda, kemungkinan si anak akan kecewa dan malah membenci aktivitasnya sendiri. Siapa tahu mempunyai kesenangan sendiri yang selama ini tidak Anda perhatikan.
Tidak seorangpun yang tahu sebenarnya bakat si anak, bila melihatnya di usia dini. "Bakat mereka akan kelihatan bila telah muncul menjadi suatu yang aktual atau menghasilkan prestasi," lanjut psikolog yang akrab dengan dunia anak-anak dan remaja ini.
Untuk itulah, kita harus memberi sebanyak mungkin apa yang disebut rangsangan mental. Kita tidak akan tahu apakah anak berbakat musik bila tidak didekatkan dengan situasi musik. Situasi itu dapat berupa seringnya mendengar, melihat, memegang, dan mencoba alat-alat musik hingga memperkenalnya pada konser musik.
Itulah sebabnya, menurut Seto, anak harus diperkenalkan pada banyak kegiatan sehingga nantinya bakat-bakat yang menonjol akan menyangkut dengan sendirinya. "Bagaimana mungkin mengharapkan anak menjadi seorang Bethhoven, Maradona, atau Basuki Abdullah bila ia selalu berada di rumah tanpa suatu kegiatan? Si anak akan kurang pergaulan (kuper), miskin pengalaman, dan tidak menjadi siapa-siapa yang diinginkannya," urainya lagi.
Tetapi, anak yang sering diajak ke pagelaran musik, tari, pameran lukisan, pertandingan olahraga, dan lainnya lama-kelamaan akan memilih dan menyatu dengan bakat yang ada, sesuai dengan keinginannya.
Bisa saja, lanjut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini, setelah pulang melihat pameran lukisan, si anak langsung membuat suatu lukisan yang bagus. Saat itulah kelihatan, bakat yang mula-mula terpendam setelah mendapat lingkungannya akhirnya bergabung antara potensi bawaan dan lingkungan.
Setelah itu baru dianjurkan anak untuk mengikuti suatu kursus atau sanggar-sanggar. Hal ini nantinya akan terus berkembang pada anak. Tetapi, bila Anda langsung menyuruh anak untuk ikut suatu kegiatan yang dianggap baik, belum tentu ia senang dan menikmatinya.
"Biarkan mereka melihat sebanyak mungkin dari mulai kecil, jangan sekali-sekali dipaksakan, terlebih menurut selera Anda," pesan Seto dengan tegas.
Ayah dari sepasang putra-putri ini memberi contoh, bayi yang telah diperkenalkan dan diperdengarkan dengan musik. Bisa saja pada usia 2-3 tahun dia mulai pegang piano, biola, dan alat lainnya. Bakat musik ini akan tumbuh dengan pesat.
"Yang penting, anak responsif menerima, melihat, mendengar, mendapat, meraba, dan mencoba alat-alat musik. Setelah main-main sedikit, lama-lama potensi bawaan akan bergabung dengan minatnya” terang Seto.
Pengembangan bakat yang dimulai sejak kecil, bila diarahkan dan dikembangkan dengan baik, dapat menjadi modal utama saat usia dewasa dalam menghidupi kebutuhannya.
Kita dapat melihat Samuel Watimena, yang saat kecilnya rajin corat-coret kini telah menjadi seorang desainer yang cukup terkenal. Juga Titiek Puspa yang senang menyanyi sejak kecil di kamar mandi, menjadikan bakatnya sebagai modal utama untuk menjadi penyanyi terkenal.
"Anak perlu mendapat pujian dan penghargaan bila ia memang patut mendapatkannya. Namun, jangan memuji berlebihan, karena bisa buruk akibatnya," saran pria kelahiran Klaten, 44 tahun yang lalu ini, karena pujian sebenarnya adalah prinsip dari reward and punishment."
Anda sebaiknya tidak meremehkan sebuah pujian bagi anak. Pujilah anak bila ia melakukan suatu hal yang baik, terlebih yang berhubungan dengan bakat dan keterampilannya. Anda dapat membiasakan memberikan acungan jempol untuk memuji hal positif dari anak. Jangan sekali-sekali mengacungkan jempol bila ia berbuat hal sebaliknya, yaitu perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain. Akan berbahaya bila hal itu dianggap suatu hal yang boleh dan pantas dilakukan.
Juga Anda, para orangtua, disarankan untuk tidak selalu mencari-cari kesalahan atau kejelekan anak. Mereka nantinya akan dibayang-bayangi semua kesalahannya itu dan menganggap tidak mampu untuk melakukan sesuatu hal yang baik. Tentu ini tidak dapat membuat mereka bahagia. "Anak yang sudah pintar dalam sebuah aktivitas, jangan lagi diungkit-ungkit perbuatannya yang jelek di aktivitas lain," tegas Kak Seto.
Anak yang sedang mencoba-coba sebuah alat musik, olahraga, atau menyanyi dan aktivitas semacam, hendaknya jangan diremehkan meskipun dia belum terampil dan mungkin mengganggu ketenangan Anda. Hindari kata-kata bersifat keraguan akan kemampuan dan masa depan anak saat is melakukan kegiatannya. Bakat yang saat itu belum kelihatan, nantinya akan padam.
Untuk itu, Seto memberikan saran agar memancing dan mengembangkan bakat anak. "Saat anak mencoba-coba main gitar, Anda dapat berkata, Aduh, papa bangga kamu bisa main gitar walau masih kecil. Kamu mau main gitar di televisi?, misalnya," anjur Seto memberi contoh.
Atau, bisa juga, Anda membuatkan anak sebuah panggung kecil di rumah dengan dekorasi mirip panggung yang biasa dipergunakan musisi untuk konser. Dia akan merasa seperti layaknya seorang musisi tenar saat memainkan alat tersebut. Hal ini sangat mendorong semangat musiknya untuk terus belajar.
Demikian juga, dengan bakat-bakat lainnya. Siapa yang tidak kenal Susi Susanti, seniman bulutangkis kita. Bakat yang ada, oleh orangtua, dipupuk sejak kecil dan diberi kepercayaan untuk berlatih di lapangan bersama anak-anak yang lebih tua, bahkan kaum pria. Hasilnya, kita semua sudah mengetahui.
Bakat dan kemampuan yang dikembangkan sangat menentukan prestasi si anak. Prestasi yang menonjol dalam salah satu bidang menunjukkan bahwa anak memang berbakat dalam bidang tersebut.
Namun perlu diingat, mereka-mereka yang berbakat belum tentu selalu berprestasi tinggi. Jangan terlalu berharap banyak setelah mengetahui bakat anak. Anda perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bahkan menghambat perkembangan bakat si anak.
Tentu, Anda tidak menginginkan si buah hati menjadi anak kuper dan tidak menjadi siapa-siapa. Untuk itu, Bantu anak menemukan dan mengembangkan bakatnya. Lalu, Kenapa tidak mulai dari sekarang?
Penulis : Weshley Galung
Edward (40), nama samaran, yang senang dan aktif bermain piano, kecewa dengan putranya Donny (17). Hampir setahun sudah, sang putra mengikuti kursus piano, namun tidak tampak kemajuan berarti, seperti yang diinginkannya.
Dengan pertimbangan waktu dan biaya yang telah banyak dikeluarkan, sering terlihat Edward marah-marah membandingkan kemampuannya dengan si anak. Ia yang memegang teguh bahwa dengan beraktivitas akan lebih mudah mengatasi suatu persoalan, mengharapkan anaknya mengalami hal yang sama.
Bakat dan Lingkungan
"Bakat anak belum tentu sama dengan orang tuanya, jangan paksakan anak seperti yang Anda inginkan,” ungkap pakar psikologi Dr. Seto Mulyadi.Sebab, bila Anda menghendaki kemampuan anak disejajarkan dengan diri Anda, kemungkinan si anak akan kecewa dan malah membenci aktivitasnya sendiri. Siapa tahu mempunyai kesenangan sendiri yang selama ini tidak Anda perhatikan.
Tidak seorangpun yang tahu sebenarnya bakat si anak, bila melihatnya di usia dini. "Bakat mereka akan kelihatan bila telah muncul menjadi suatu yang aktual atau menghasilkan prestasi," lanjut psikolog yang akrab dengan dunia anak-anak dan remaja ini.
Untuk itulah, kita harus memberi sebanyak mungkin apa yang disebut rangsangan mental. Kita tidak akan tahu apakah anak berbakat musik bila tidak didekatkan dengan situasi musik. Situasi itu dapat berupa seringnya mendengar, melihat, memegang, dan mencoba alat-alat musik hingga memperkenalnya pada konser musik.
Itulah sebabnya, menurut Seto, anak harus diperkenalkan pada banyak kegiatan sehingga nantinya bakat-bakat yang menonjol akan menyangkut dengan sendirinya. "Bagaimana mungkin mengharapkan anak menjadi seorang Bethhoven, Maradona, atau Basuki Abdullah bila ia selalu berada di rumah tanpa suatu kegiatan? Si anak akan kurang pergaulan (kuper), miskin pengalaman, dan tidak menjadi siapa-siapa yang diinginkannya," urainya lagi.
Tetapi, anak yang sering diajak ke pagelaran musik, tari, pameran lukisan, pertandingan olahraga, dan lainnya lama-kelamaan akan memilih dan menyatu dengan bakat yang ada, sesuai dengan keinginannya.
Bisa saja, lanjut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini, setelah pulang melihat pameran lukisan, si anak langsung membuat suatu lukisan yang bagus. Saat itulah kelihatan, bakat yang mula-mula terpendam setelah mendapat lingkungannya akhirnya bergabung antara potensi bawaan dan lingkungan.
Setelah itu baru dianjurkan anak untuk mengikuti suatu kursus atau sanggar-sanggar. Hal ini nantinya akan terus berkembang pada anak. Tetapi, bila Anda langsung menyuruh anak untuk ikut suatu kegiatan yang dianggap baik, belum tentu ia senang dan menikmatinya.
"Biarkan mereka melihat sebanyak mungkin dari mulai kecil, jangan sekali-sekali dipaksakan, terlebih menurut selera Anda," pesan Seto dengan tegas.
Sejak Dini
Menurut Seto, usia dini, mulai 3 tahun, anak sudah bisa diperkenalkan dan dikaitkan dengan berbagai tali rangsang mental yang kaya. Bakat yang kelihatan sangat tergantung sejak kapan anak diperkenalkan kepada suatu situasi.Ayah dari sepasang putra-putri ini memberi contoh, bayi yang telah diperkenalkan dan diperdengarkan dengan musik. Bisa saja pada usia 2-3 tahun dia mulai pegang piano, biola, dan alat lainnya. Bakat musik ini akan tumbuh dengan pesat.
"Yang penting, anak responsif menerima, melihat, mendengar, mendapat, meraba, dan mencoba alat-alat musik. Setelah main-main sedikit, lama-lama potensi bawaan akan bergabung dengan minatnya” terang Seto.
Pengembangan bakat yang dimulai sejak kecil, bila diarahkan dan dikembangkan dengan baik, dapat menjadi modal utama saat usia dewasa dalam menghidupi kebutuhannya.
Kita dapat melihat Samuel Watimena, yang saat kecilnya rajin corat-coret kini telah menjadi seorang desainer yang cukup terkenal. Juga Titiek Puspa yang senang menyanyi sejak kecil di kamar mandi, menjadikan bakatnya sebagai modal utama untuk menjadi penyanyi terkenal.
Acungan Jempol
Anak yang mempunyai suatu bakat tentu tidak akan kelihatan bila tidak mendapat respon yang baik dari orangtua dan lingkungan sekitarnya. Peran Anda dalam mengembangkan bakat anak besar sekali. Dukungan dan perhatian yang diberikan dapat menambah motivasi anak untuk lebih serius dalam menekuni bakat yang disenanginya."Anak perlu mendapat pujian dan penghargaan bila ia memang patut mendapatkannya. Namun, jangan memuji berlebihan, karena bisa buruk akibatnya," saran pria kelahiran Klaten, 44 tahun yang lalu ini, karena pujian sebenarnya adalah prinsip dari reward and punishment."
Anda sebaiknya tidak meremehkan sebuah pujian bagi anak. Pujilah anak bila ia melakukan suatu hal yang baik, terlebih yang berhubungan dengan bakat dan keterampilannya. Anda dapat membiasakan memberikan acungan jempol untuk memuji hal positif dari anak. Jangan sekali-sekali mengacungkan jempol bila ia berbuat hal sebaliknya, yaitu perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain. Akan berbahaya bila hal itu dianggap suatu hal yang boleh dan pantas dilakukan.
Juga Anda, para orangtua, disarankan untuk tidak selalu mencari-cari kesalahan atau kejelekan anak. Mereka nantinya akan dibayang-bayangi semua kesalahannya itu dan menganggap tidak mampu untuk melakukan sesuatu hal yang baik. Tentu ini tidak dapat membuat mereka bahagia. "Anak yang sudah pintar dalam sebuah aktivitas, jangan lagi diungkit-ungkit perbuatannya yang jelek di aktivitas lain," tegas Kak Seto.
Anak yang sedang mencoba-coba sebuah alat musik, olahraga, atau menyanyi dan aktivitas semacam, hendaknya jangan diremehkan meskipun dia belum terampil dan mungkin mengganggu ketenangan Anda. Hindari kata-kata bersifat keraguan akan kemampuan dan masa depan anak saat is melakukan kegiatannya. Bakat yang saat itu belum kelihatan, nantinya akan padam.
Untuk itu, Seto memberikan saran agar memancing dan mengembangkan bakat anak. "Saat anak mencoba-coba main gitar, Anda dapat berkata, Aduh, papa bangga kamu bisa main gitar walau masih kecil. Kamu mau main gitar di televisi?, misalnya," anjur Seto memberi contoh.
Atau, bisa juga, Anda membuatkan anak sebuah panggung kecil di rumah dengan dekorasi mirip panggung yang biasa dipergunakan musisi untuk konser. Dia akan merasa seperti layaknya seorang musisi tenar saat memainkan alat tersebut. Hal ini sangat mendorong semangat musiknya untuk terus belajar.
Demikian juga, dengan bakat-bakat lainnya. Siapa yang tidak kenal Susi Susanti, seniman bulutangkis kita. Bakat yang ada, oleh orangtua, dipupuk sejak kecil dan diberi kepercayaan untuk berlatih di lapangan bersama anak-anak yang lebih tua, bahkan kaum pria. Hasilnya, kita semua sudah mengetahui.
Bakat dan kemampuan yang dikembangkan sangat menentukan prestasi si anak. Prestasi yang menonjol dalam salah satu bidang menunjukkan bahwa anak memang berbakat dalam bidang tersebut.
Namun perlu diingat, mereka-mereka yang berbakat belum tentu selalu berprestasi tinggi. Jangan terlalu berharap banyak setelah mengetahui bakat anak. Anda perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bahkan menghambat perkembangan bakat si anak.
Tentu, Anda tidak menginginkan si buah hati menjadi anak kuper dan tidak menjadi siapa-siapa. Untuk itu, Bantu anak menemukan dan mengembangkan bakatnya. Lalu, Kenapa tidak mulai dari sekarang?
Penulis : Weshley Galung