Pertengkaran dan beda pendapat adalah bunga-bunga dalam keluarga. Tetapi bila itu terjadi antara orangtua dengan anak, hubungan yang mesra bisa retak. Apa yang harus dilakukan.
Di usia remaja, anak-anak umumnya sangat tergantung kepada orang tuanya. Artinya, sikap orang tua akan mempengaruhi dan menentukan tingkah laku mereka kelak. Dan karena hubungan begitu erat dan harmonis, orangtua biasanya mengetahui suasana hati dan jalan pikiran anak-anaknya.
Namun memasuki masa remaja, hubungan itu bisa merenggang. Penyebabnya, komunikasi kurang dan percakapan akrab semakin jarang dilakukan. Bila hal ini dibiarkan terus, mulailah timbul kontradiksi antara orangtua dan anak-anaknya.
Para remaja mulai merasa dunianya tidak lagi dimengerti oleh orangtua. Sebaliknya, orang tua tidak lagi memahami keinginan hati anak-anaknya. Kesimpangsiuran pandangan dan pendapat ini, akhirnya menimbulkan persepsi yang berbeda.
Manakala hubungan antara orang tua dan anaknya sudah tidak harmonis, maka timbullah masalah. Apalagi sampai diam-diaman. "Mengapa membiarkan konflik bila kedamaian dapat ditegakkan?" ujar psikologis anak Dr. Seto Mulyadi.
Karenanya, Anda harus dapat menumbuhkan suasana yang membangkitkan rasa saling menghargai. Bila selama ini anak-anak harus menghormati orang tua, maka orangtua juga harus menghormati anak-anaknya.
Contoh sederhana dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bila orangtua kedatangan tamu, mereka dipersilahkan masuk dan menginjak karpet yang baru dibeli. "nah, mengapa kalau si anak yang berbuat sama, orang tua marah karena karpetnya kotor?" ujar Seto memberi contoh.
Perlakuan seperti ini, lanjut Seto, sangat tidak adil. Anak merasa tidak dihargai. Juga sering terjadi, anak sering menjadi korban pelampiasan kemarahan orang tua yang mempunyai masalah di kantor. Sebagai seorang yang bijaksana, tentunya Anda dapat memilah-milahkan masalah yang dihadapi.
Seto yakin, bila orang tua mau menghormati anak-anaknya, maka komunikasi akan dapat berjalan dengan baik, lancar dan harmonis.
"Sering terjadi, komunikasi antar orangtua dan anak menjadi rusak karena anak sering tidak dihargai," terang seto lagi.
Agar keharmonisa keluarga tercapai, Seto menganjurkan kiat-kiat membina komunikasi yang efektif untuk mencegah timbulnya konflik.
Cara lainnya adalah dengan memprogram suatu acara keluarga. Misalnya berlibur ke luar kota. Ajaklah mereka berdiskusi dan memutuskan bersama rencana itu. Juga setiap keluarga sebaiknya mengadakan pertemuan mingguan guna mengevaluasi waktu-waktu yang telah dilewati bersama.
Mungkin Anda sulit mengungkap perasaan dan pemikiran kepada anak-anak, hingga susah untuk memulai kiat-kiat ini. Seto menganjurkan Anda untuk membulatkan tekad dan mau melatihnya.
Bisa dengan kata-kata yang lembut atau menggunakan papan tulis sebagai alat yang memudahkan komunikasi. Bagi Anda yang sulit berkomunikasi lisan, Seto menganjurkan menggunakan 'Buku Komunikasi'. Tuliskan apa yang mengganu pikiran Anda. Kemukakan saran, teguran dan kekesalan, juga pujian, sehingga anak mengerti isi hati Anda. Biarkan ia membaca buku tersebut.
Seto mengajurkan cara lainnya untuk menjalin komunikasi. Misalnya bersama-sama main bola ketika piknik. Saat terjadi lempar-tangkap bola antara Anda dan anak, komunikasi praktis akan terjadi. Sebaiknya, kegiatan-kegiatan seperti ini mulai dilakukan sejak anak masih kecil.
Pertama, anggapan bahwa hubungan orangtua dan anak yang retak adalah wajar, harus diubah. "itu salah besar. Orang tua harus mengikis habis pendapat seperti itu. kalau hanya beda pendapat dan marah sesaat, bolehlah," terang Seto.
Seto mengingatkan, di malam hari sebelum memejamkan mata di peraduan, tebarkanlah senyuman. "Saat berdoa sebelum tidur atau sholat, orangtua harus melupakan amarah yang terpendam. Yakinlah, keesokan harinya akan lebih indah" ajur pria berusia 49 tahun ini.
Kedua, pegang teguh bahwa kehidupan berkeluarga harus selalu berjalan damai. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diatasi. Semua dapat didiskusikan, sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik.
Ketiga, orangtua harus berani meminta maaf kepada anak. Dapat dimulai di dalam hati, meminta di dalam hati, meminta maaf atas keegoisan, kekasaran dan kesoklkuasaan Anda. Tentunya juga meminta maaf kepada Tuhan.
Setelah itu, ciumlah anak sambil minta maaf. Bayangkan beberapa tahun yang lalu, kala masih bayi, dia Anda peluk, gendong dan cium. Lalu, tanyakan kepada diri sendiri, mengapa sekarang dia Anda perlakukan seperti itu, imbuan Seto.
Jangan biarkan amarah Anda terpendam hingga esok harinya. Kalau Anda sulit melakukannya, pandanglah anak Anda ketika tidur. Lihat wajahnya yang memancarkan kesedihan karena bermusuhan dengan orangtuanya. Dengan suara pelan, mintalah maaf padanya. Kecup pipi atau keningnya, dan ucapkan "Aku sayang kamu."
Jika Anda sering mengatakan dan mencap anak-anaknya nakal, maka mereka akan menganggap dirinya seorang anak yang nakal. Namun; bila Anda bangga dan sayang kepadanya, maka ia akan menjaga kepercayaan yang Anda berikan.
Bersihkan hati Anda dari sikap-sikap yang memojokkan Anak. mulailah kembali perlakukan anak sewaktu anak masih kecil, ketika ia Anda berikan seluruh kasih sayang. Pandanglah anak dengan wajah yang lembut, penuh senyuman dan kasih sayang.
Anak-anak akan bereaksi terhadap apa yang orangtua perlihatkan padanya. Bila orang tua memandannya dengan bengis dan marah, anak akan memantulkan hal yang sama. Tetapi kalau Anda melihatnya dengan wajah yang lembut dan hati yang tulus, ia pun akan memperhatikan hal yang sama, ujar Seto.
Menurut Seto, anak-anak pun pada dasarnya adalah pemaaf. Mereka yang marah kemarin, dapat segera melupakannya hari ini. Hal ini berlalu secara naluriah pada setiap anak. Bila Anda pun mau memaafkan anak, maka semuanya akan kembali berjalan harmonis.
Karena metode terbaik dalam mendidik anak adalah lewat pendekatan bahasa ibu, maka peran seorang ibu sangat berpengaruh dalam kehidupan anak-anaknya. "Ibu yang bijaksana, arif dan lembut, akan meneruskan sifat-sifatnya kepada sang buah hati," kata Seto pula.
Bagaimana jika pertengkaran membuat anak minggat dari rumah? "Jangan sekali-kali menyalahkan mereka. Orang tua harus mencatat bahwa kejadian itu sebagai salah satu puncak kegagalannya sebagai orang tua. Berjanjilah kepada diri sendiri, itu tidak akan terulang lagi," tegas Seto.
Andalah yang bertanggung jawab mengapa anak lari dari rumah. "Tentunya anak tidak akan minggat dari rumah yang damai. Nah, mengapa tidak menjadikan semboyan home sweet home dalam keluarga Anda?" ujarnya lagi.
Kalau Anda berpikir si anak harus minta maaf terlebih dahulu karena ia yang salah, maka persoalan akan semakin berlarut. "Orang tua harus memulai mencari simpul dalam benang kusut itu," urai Seto.
Kenakalan remaja, kata Seto, bukanlah kejahatan. Kata kejahatan dipakai untuk orang dewasa yang telah mengetahui konsekuensinya dan akibat perbuatan yang dilakukannya. Itu berbeda dengan anak yang masih diliputi ketidaktahuan.
Memang diperlukan peran dan kerjasama semua anggota keluarga guna mewujudkan keluarga idaman. Untuk itu, mulai sekarang hilangkan dari pemikiran bahwa anak remaja Anda adalah pemberontak. Mereka memberontak hanya bila diperlakukan tidak adil.
Nah, berikan padanya kasih sayang yang tulus seperti dulu ketika ia masih bayi. Jadikan rumah Anda tamah yang indah, sejuk dan damai. Hilangkan kecurigaan, hargai dan cintai anak-anak Anda seperti mencintai diri sendiri.
Penulis: Weshley Galung
Di usia remaja, anak-anak umumnya sangat tergantung kepada orang tuanya. Artinya, sikap orang tua akan mempengaruhi dan menentukan tingkah laku mereka kelak. Dan karena hubungan begitu erat dan harmonis, orangtua biasanya mengetahui suasana hati dan jalan pikiran anak-anaknya.
Namun memasuki masa remaja, hubungan itu bisa merenggang. Penyebabnya, komunikasi kurang dan percakapan akrab semakin jarang dilakukan. Bila hal ini dibiarkan terus, mulailah timbul kontradiksi antara orangtua dan anak-anaknya.
Para remaja mulai merasa dunianya tidak lagi dimengerti oleh orangtua. Sebaliknya, orang tua tidak lagi memahami keinginan hati anak-anaknya. Kesimpangsiuran pandangan dan pendapat ini, akhirnya menimbulkan persepsi yang berbeda.
Manakala hubungan antara orang tua dan anaknya sudah tidak harmonis, maka timbullah masalah. Apalagi sampai diam-diaman. "Mengapa membiarkan konflik bila kedamaian dapat ditegakkan?" ujar psikologis anak Dr. Seto Mulyadi.
Mengubah Sikap
Sikap dan pandangan orangtua sering keliru terhadap anak-anaknya sendiri. "Orang tua selalu mau menang sendiri, menganggap dirinya selalu benar, padahal tidak selamanya betul," ujar Seto.Karenanya, Anda harus dapat menumbuhkan suasana yang membangkitkan rasa saling menghargai. Bila selama ini anak-anak harus menghormati orang tua, maka orangtua juga harus menghormati anak-anaknya.
Contoh sederhana dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bila orangtua kedatangan tamu, mereka dipersilahkan masuk dan menginjak karpet yang baru dibeli. "nah, mengapa kalau si anak yang berbuat sama, orang tua marah karena karpetnya kotor?" ujar Seto memberi contoh.
Perlakuan seperti ini, lanjut Seto, sangat tidak adil. Anak merasa tidak dihargai. Juga sering terjadi, anak sering menjadi korban pelampiasan kemarahan orang tua yang mempunyai masalah di kantor. Sebagai seorang yang bijaksana, tentunya Anda dapat memilah-milahkan masalah yang dihadapi.
Seto yakin, bila orang tua mau menghormati anak-anaknya, maka komunikasi akan dapat berjalan dengan baik, lancar dan harmonis.
"Sering terjadi, komunikasi antar orangtua dan anak menjadi rusak karena anak sering tidak dihargai," terang seto lagi.
Agar keharmonisa keluarga tercapai, Seto menganjurkan kiat-kiat membina komunikasi yang efektif untuk mencegah timbulnya konflik.
Mendengar Aktif
Orang tua sebaiknya tidak menambahkan interpretasinya sendiri kepada anak. Misalnya saat kakinya terkena beling, jangan langsung mengatakan , kamu bandel sih, nggak mau pakai sandal. Begitu akhirnya'. "Mestinya orangtua mendengar dulu keluhan anak, sehingga ia dapat dengan lega mengeluarkan semua uneg-uneg dan kekesalannya," kata Seto.Pesan Diri
Ketika seorang ibu yang tengah bertelepon merasa terganggu oleh suara bising dari anaknya, ia boleh marah dengan mengungkapkan pesan keadaan dirinya yang saat itu merasa terganggu. "Tidak perlu memvonis, menghakimi atau mencari-cari kelemahan si anak yang tidak ada sangkut pautnya dengan situasi ketika itu," paparnya.
Anti kalah
Seto memisalkan anak yang tidak mau makan sayur, "Tanyakan sayur apa yang tidak disenangi anak dan yang digemarinya. Rundingkan bumbu-bumbu yang disukainya. Adakan perjanjian padanya bahwa ia akan memakan sayuran yang telah disepakati bersama," paparnya pula.
Mengubah Lingkungan
Jika anak Anda suka berlari-lari di rumah, Anda tidak perlu melarangnya karena takut barang-barang Anda pecah. "Jauhkan barang-barang yang mudah pecah, sehingga anak bebas bermain. Tujuannya, agar bibit-bibit pemicu konflik semaksimal mungkin menghindar," katanya.
Cara lainnya adalah dengan memprogram suatu acara keluarga. Misalnya berlibur ke luar kota. Ajaklah mereka berdiskusi dan memutuskan bersama rencana itu. Juga setiap keluarga sebaiknya mengadakan pertemuan mingguan guna mengevaluasi waktu-waktu yang telah dilewati bersama.
Mungkin Anda sulit mengungkap perasaan dan pemikiran kepada anak-anak, hingga susah untuk memulai kiat-kiat ini. Seto menganjurkan Anda untuk membulatkan tekad dan mau melatihnya.
Bisa dengan kata-kata yang lembut atau menggunakan papan tulis sebagai alat yang memudahkan komunikasi. Bagi Anda yang sulit berkomunikasi lisan, Seto menganjurkan menggunakan 'Buku Komunikasi'. Tuliskan apa yang mengganu pikiran Anda. Kemukakan saran, teguran dan kekesalan, juga pujian, sehingga anak mengerti isi hati Anda. Biarkan ia membaca buku tersebut.
Seto mengajurkan cara lainnya untuk menjalin komunikasi. Misalnya bersama-sama main bola ketika piknik. Saat terjadi lempar-tangkap bola antara Anda dan anak, komunikasi praktis akan terjadi. Sebaiknya, kegiatan-kegiatan seperti ini mulai dilakukan sejak anak masih kecil.
Berani Minta Maaf
Bagaimana bila keretakan sering atau telah lama terjadi? Psikolog yang akrab dengan dunia anak-anak itu memberikan beberapa tip untuk Anda.Pertama, anggapan bahwa hubungan orangtua dan anak yang retak adalah wajar, harus diubah. "itu salah besar. Orang tua harus mengikis habis pendapat seperti itu. kalau hanya beda pendapat dan marah sesaat, bolehlah," terang Seto.
Seto mengingatkan, di malam hari sebelum memejamkan mata di peraduan, tebarkanlah senyuman. "Saat berdoa sebelum tidur atau sholat, orangtua harus melupakan amarah yang terpendam. Yakinlah, keesokan harinya akan lebih indah" ajur pria berusia 49 tahun ini.
Kedua, pegang teguh bahwa kehidupan berkeluarga harus selalu berjalan damai. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diatasi. Semua dapat didiskusikan, sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik.
Ketiga, orangtua harus berani meminta maaf kepada anak. Dapat dimulai di dalam hati, meminta di dalam hati, meminta maaf atas keegoisan, kekasaran dan kesoklkuasaan Anda. Tentunya juga meminta maaf kepada Tuhan.
Setelah itu, ciumlah anak sambil minta maaf. Bayangkan beberapa tahun yang lalu, kala masih bayi, dia Anda peluk, gendong dan cium. Lalu, tanyakan kepada diri sendiri, mengapa sekarang dia Anda perlakukan seperti itu, imbuan Seto.
Jangan biarkan amarah Anda terpendam hingga esok harinya. Kalau Anda sulit melakukannya, pandanglah anak Anda ketika tidur. Lihat wajahnya yang memancarkan kesedihan karena bermusuhan dengan orangtuanya. Dengan suara pelan, mintalah maaf padanya. Kecup pipi atau keningnya, dan ucapkan "Aku sayang kamu."
Jika Anda sering mengatakan dan mencap anak-anaknya nakal, maka mereka akan menganggap dirinya seorang anak yang nakal. Namun; bila Anda bangga dan sayang kepadanya, maka ia akan menjaga kepercayaan yang Anda berikan.
Bersihkan hati Anda dari sikap-sikap yang memojokkan Anak. mulailah kembali perlakukan anak sewaktu anak masih kecil, ketika ia Anda berikan seluruh kasih sayang. Pandanglah anak dengan wajah yang lembut, penuh senyuman dan kasih sayang.
Anak-anak akan bereaksi terhadap apa yang orangtua perlihatkan padanya. Bila orang tua memandannya dengan bengis dan marah, anak akan memantulkan hal yang sama. Tetapi kalau Anda melihatnya dengan wajah yang lembut dan hati yang tulus, ia pun akan memperhatikan hal yang sama, ujar Seto.
Menurut Seto, anak-anak pun pada dasarnya adalah pemaaf. Mereka yang marah kemarin, dapat segera melupakannya hari ini. Hal ini berlalu secara naluriah pada setiap anak. Bila Anda pun mau memaafkan anak, maka semuanya akan kembali berjalan harmonis.
Karena metode terbaik dalam mendidik anak adalah lewat pendekatan bahasa ibu, maka peran seorang ibu sangat berpengaruh dalam kehidupan anak-anaknya. "Ibu yang bijaksana, arif dan lembut, akan meneruskan sifat-sifatnya kepada sang buah hati," kata Seto pula.
Bagaimana jika pertengkaran membuat anak minggat dari rumah? "Jangan sekali-kali menyalahkan mereka. Orang tua harus mencatat bahwa kejadian itu sebagai salah satu puncak kegagalannya sebagai orang tua. Berjanjilah kepada diri sendiri, itu tidak akan terulang lagi," tegas Seto.
Andalah yang bertanggung jawab mengapa anak lari dari rumah. "Tentunya anak tidak akan minggat dari rumah yang damai. Nah, mengapa tidak menjadikan semboyan home sweet home dalam keluarga Anda?" ujarnya lagi.
Kalau Anda berpikir si anak harus minta maaf terlebih dahulu karena ia yang salah, maka persoalan akan semakin berlarut. "Orang tua harus memulai mencari simpul dalam benang kusut itu," urai Seto.
Kenakalan remaja, kata Seto, bukanlah kejahatan. Kata kejahatan dipakai untuk orang dewasa yang telah mengetahui konsekuensinya dan akibat perbuatan yang dilakukannya. Itu berbeda dengan anak yang masih diliputi ketidaktahuan.
Memang diperlukan peran dan kerjasama semua anggota keluarga guna mewujudkan keluarga idaman. Untuk itu, mulai sekarang hilangkan dari pemikiran bahwa anak remaja Anda adalah pemberontak. Mereka memberontak hanya bila diperlakukan tidak adil.
Nah, berikan padanya kasih sayang yang tulus seperti dulu ketika ia masih bayi. Jadikan rumah Anda tamah yang indah, sejuk dan damai. Hilangkan kecurigaan, hargai dan cintai anak-anak Anda seperti mencintai diri sendiri.
Penulis: Weshley Galung