Seorang anak yang mulai belajar berlari bermain dengan riangnya. Entah bagaimana, tiba-tiba langkahnya terhenti. Kemudian ia menangis keras sambil memijat- mijat kakinya. Ibunya terperanjat melihat kejadian itu, dan mengira anaknya mendapat cedera sewaktu berlari.
Lalu malamnya si anak demam dengan panas yang tinggi. Beberapa hari kemudian, terjadi peristiwa tragis yang menyayat hati. Rupanya si anak mengalami kelumpuhan total pada kedua kakinya.
Secara garis besar, ada dua macam, zat anti yang dimiliki virus Polio menyerang mangsanya. Pertama, virus yang memiliki daya infeksi tinggi. Virus ini bersifat tak tahan terhadap panas. Termasuk mudah mati bila dijemur diterik matahari. Kedua, virus yang mempunyai daya tahan terhadap pemanasan.
Sedang penularannya sering melalui secara langsung masuk lewat mulut (droplet infection peroral). Sedang tak langsung menelan makanan atau minuman yang telah terkontaminasi/tercemar virus tersebut. Sedang mekanis, yaitu melalui lalat, lipas atau serangga lain yang hinggap ditinja penderita Polio sehingga virusnya dapat melalui mulut. Sedangkan penularan yang paling gampang lewat tinja.
Oleh karena itu, justru di sinilah peran ibu rumah tangga sangat diperlukan perhatiannya untuk membersihkan lingkungan rumah, setiap sudut tempat serangga bermukim serta menjaga sanitasi agar tetap terjaga.
Gejala klinis menunjukkan kelainan dalam tubuh, seperti bermacam-macam gangguan yang menyerang saraf, jantung, alat pernapasan. Biasanya ditemukan gejala: demam dengan berak berdarah, demam dengan kejang-kejang, dan demam dengan lemas seluruh tubuh.
Terkadang virus Polio menyerang saraf yang penyebarannya lewat peredaran darah (hematogen), saraf (neurogen), pembedahan tonsil (tonsilektomi) atau bisa juga melalui bekas tercabutnya gigi.
Sedang masa perkembangannya untuk menimbulkan kelainan dalam tubuh penderita, makan waktu 1- 2 minggu. Terkadang 5 - 6 minggu.
Infeksi yang ditemukan bisa berupa Inapparent infec tion. Ditandai mulainya masa tunas. Penderita tidak menunjukkan tanda-tanda klinis. Minor illness (polio abortive). Ditandai demam dengan berak berlebihan (diare), sakit kepala, mual, muntah dan lesu. Dapat sembuh spontan beberapa hari kemudian.
Polio Paralitik. Hal ini yang sangat perlu dicemaskan. Sebab sering menyerang anak-anak. Setelah turunnya demam, timbul rasa lemas disertai nyeri (spasme). Tergantung anggota tubuh yang terserang.
Daerah paralitik atau kelemasan yang terserang dibagi atas beberapa tipe:
Faktor-faktor yang menentukan penyakit Polio ini, antara lain: usia (makin tua usia, makin berat), jumlah virus Polio yang menyerang, derajat kekebalan dari orang yang terkena serangan.
Selain itu, ada beberapa hal yang sering menimbulkan penyakit Polio. Tindakan suntikan. Bila suntikan ditujukan untuk mengebalkan Polio dilakukan dalam masa tunas atau ketika sedang mengalami perkembangan penyakit, akibatnya 1- 2 minggu kemudian anggota tubuh yang disuntik menjadi lumpuh. Hal inilah yang dianggap masyarakat sebagai salah suntik.
Tindakan operasi/pembedahan. Pada waktu pembedahan, misalnya pada amandel atau pencabutan gigi yang dilakukan pada waktu tunas, mengakibatkan virus Polio langsung masuk ke pembuluh darah atau saraf yang terputus pada waktu pembedahan. Sekitar satu minggu kemudian terjadilah serangan.
Trauma waktu olahraga. Dalam arti luas, terjadi pada waktu masa tunas orang jatuh lumpuh ketika atau berolahraga. Peristiwa ini sering terjadi pada orang dewasa yang ditandai tidak enak badan, lesu. Akhirnya pada 1- 2 minggu kemudian menjadi lumpuh.
Kehamilan. Keadaan hormonal wanita hamil membuat ia sensitif terkena Polio. Atau mungkin ibu yang hamil lebih banyak berdiam di rumah, sehingga lebih sering berkontak dengan sumber penyakit dari tinja anaknya sendiri yang sedang terserang Polio.
Pencegahan biasanya diberikan Vaksin Salk, yang diberikan melalui suntikan. Bisa juga melalui Vaksin Sabin yang diberikan melalui tetesan, sirup dan tablet yang kegunaannya dapat tahan bertahun-tahun sampai seumur hidup. Tapi, kejelekannya Vaksin Sabin tidak boleh diberikan kepada ibu yang sedang hamil, mengganggu bagi janin yang sedang dikandung.
Secara lebih lanjut, yang diperlukan untuk menghindari penyakit Polio adalah faktor kesiagaan kita sendiri menghadapi perubahan iklim demi menjaga kebersihan di sekitar rumah. Padahal, mencegah penyakit itu lebih berharga daripada mengobati.
Penulis : Drs. Med. Iwan Fauzi
Lalu malamnya si anak demam dengan panas yang tinggi. Beberapa hari kemudian, terjadi peristiwa tragis yang menyayat hati. Rupanya si anak mengalami kelumpuhan total pada kedua kakinya.
Lantas, apa sebenarnya yang terjadi?
Sesungguhnya secara ilmu kedokteran kejadian tersebut merupakan kasus-kasus yang sering dijumpai. Penyakit demikian disebut Polio. Penyebab utamanya adalah virus Polio. Dan sering menyerang anak berusia kurang dari 3 tahun dan disebut Infantile Paralysis. Ada juga yang menyebutkannya Heine Meidin, sesuai dengan nama penemu penyakit ini.Menghindari, mengantisipasi Penyakit Polio
Secara garis besar, ada dua macam, zat anti yang dimiliki virus Polio menyerang mangsanya. Pertama, virus yang memiliki daya infeksi tinggi. Virus ini bersifat tak tahan terhadap panas. Termasuk mudah mati bila dijemur diterik matahari. Kedua, virus yang mempunyai daya tahan terhadap pemanasan.
Sedang penularannya sering melalui secara langsung masuk lewat mulut (droplet infection peroral). Sedang tak langsung menelan makanan atau minuman yang telah terkontaminasi/tercemar virus tersebut. Sedang mekanis, yaitu melalui lalat, lipas atau serangga lain yang hinggap ditinja penderita Polio sehingga virusnya dapat melalui mulut. Sedangkan penularan yang paling gampang lewat tinja.
Oleh karena itu, justru di sinilah peran ibu rumah tangga sangat diperlukan perhatiannya untuk membersihkan lingkungan rumah, setiap sudut tempat serangga bermukim serta menjaga sanitasi agar tetap terjaga.
Gejala klinis menunjukkan kelainan dalam tubuh, seperti bermacam-macam gangguan yang menyerang saraf, jantung, alat pernapasan. Biasanya ditemukan gejala: demam dengan berak berdarah, demam dengan kejang-kejang, dan demam dengan lemas seluruh tubuh.
Terkadang virus Polio menyerang saraf yang penyebarannya lewat peredaran darah (hematogen), saraf (neurogen), pembedahan tonsil (tonsilektomi) atau bisa juga melalui bekas tercabutnya gigi.
Sedang masa perkembangannya untuk menimbulkan kelainan dalam tubuh penderita, makan waktu 1- 2 minggu. Terkadang 5 - 6 minggu.
Infeksi yang ditemukan bisa berupa Inapparent infec tion. Ditandai mulainya masa tunas. Penderita tidak menunjukkan tanda-tanda klinis. Minor illness (polio abortive). Ditandai demam dengan berak berlebihan (diare), sakit kepala, mual, muntah dan lesu. Dapat sembuh spontan beberapa hari kemudian.
Major illness, terbagi:
Polio Non Paralitik (meningitis aseptika/serosa) yang ditandai mula-mula seperti Polio Abortive, kemudian disusul gejala kejang-kejang, kaku kuduk dan punggung yang biasanya sembuh dalam 1- 2 minggu.Polio Paralitik. Hal ini yang sangat perlu dicemaskan. Sebab sering menyerang anak-anak. Setelah turunnya demam, timbul rasa lemas disertai nyeri (spasme). Tergantung anggota tubuh yang terserang.
Daerah paralitik atau kelemasan yang terserang dibagi atas beberapa tipe:
Polio Paralisis Spinal.
Daerah yang terkena adalah otot bahu, otot tengkuk, sela iga dan diafragma. Jika yang ter-kena bagian perut, maka yang terganggu adalah otot perut, otot punggung dan tungkai kaki.Polio Bulbair.
Daerah yang terkena dan paling sering menyerang saraf yang berhubungan dengan daerah mulut dan tenggorokan serta pita suara. Terkadang mengenai saraf bagian wajah, sehingga menimbulkan kelumpuhan otot-otot wajah. Maka tampak raut wajah seperti menegang.Paralisis Bulbo Spinal.
Bersifat meningkat (ascenderen) mulai dari otot kaki, terus ke perut. Bila sampai dada menyebabkan kesulitan bernapas yang sering menyebabkan kematian.Faktor-faktor yang menentukan penyakit Polio ini, antara lain: usia (makin tua usia, makin berat), jumlah virus Polio yang menyerang, derajat kekebalan dari orang yang terkena serangan.
Selain itu, ada beberapa hal yang sering menimbulkan penyakit Polio. Tindakan suntikan. Bila suntikan ditujukan untuk mengebalkan Polio dilakukan dalam masa tunas atau ketika sedang mengalami perkembangan penyakit, akibatnya 1- 2 minggu kemudian anggota tubuh yang disuntik menjadi lumpuh. Hal inilah yang dianggap masyarakat sebagai salah suntik.
Tindakan operasi/pembedahan. Pada waktu pembedahan, misalnya pada amandel atau pencabutan gigi yang dilakukan pada waktu tunas, mengakibatkan virus Polio langsung masuk ke pembuluh darah atau saraf yang terputus pada waktu pembedahan. Sekitar satu minggu kemudian terjadilah serangan.
Trauma waktu olahraga. Dalam arti luas, terjadi pada waktu masa tunas orang jatuh lumpuh ketika atau berolahraga. Peristiwa ini sering terjadi pada orang dewasa yang ditandai tidak enak badan, lesu. Akhirnya pada 1- 2 minggu kemudian menjadi lumpuh.
Kehamilan. Keadaan hormonal wanita hamil membuat ia sensitif terkena Polio. Atau mungkin ibu yang hamil lebih banyak berdiam di rumah, sehingga lebih sering berkontak dengan sumber penyakit dari tinja anaknya sendiri yang sedang terserang Polio.
Kekebalan
Biasanya bayi yang baru lahir dalam darahnya mempunyai kekebalan yang bersifat pasif sampai berumur 9 bulan. Setelah penderita diserang Polio, akan kebal seumur hidup, tapi hanya terhadap virus yang sejenis.Pencegahan biasanya diberikan Vaksin Salk, yang diberikan melalui suntikan. Bisa juga melalui Vaksin Sabin yang diberikan melalui tetesan, sirup dan tablet yang kegunaannya dapat tahan bertahun-tahun sampai seumur hidup. Tapi, kejelekannya Vaksin Sabin tidak boleh diberikan kepada ibu yang sedang hamil, mengganggu bagi janin yang sedang dikandung.
Pengobatan Penyakit Polio
Pengobatan secara khusus pada Polio belum ada. Tindakan utama yang dapat dilakukan adalah penderita harus istirahat total. Pada penderita yang berat, kesembuhan penyakit polio bisa ditangani oleh ahli fisioterapi dan ahli ortopedi. Dewasa ini banyak juga yang melakukan penyembuhan atau rehabilitasi fungsi tubuh dengan akupunktur.Secara lebih lanjut, yang diperlukan untuk menghindari penyakit Polio adalah faktor kesiagaan kita sendiri menghadapi perubahan iklim demi menjaga kebersihan di sekitar rumah. Padahal, mencegah penyakit itu lebih berharga daripada mengobati.
Penulis : Drs. Med. Iwan Fauzi